Sabtu, 29 Desember 2007

Medco Bangun Pabrik Etanol

Jakarta, Kompas - PT Medco Energi Internasional Tbk akan membangun pabrik etanol di Kotabumi, Lampung Utara, tahun depan. Pembangunan pabrik dengan nilai investasi 34,13 juta dollar AS ini akan dilakukan anak perusahaan Medco, PT Medco Ethanol Indonesia, bekerja sama dengan PT Trada Bioenergy Indonesia. Demikian dikemukakan Direktur Utama Medco Energi Intenasional Hilmi Panigoro dalam laporan kepada Bursa Efek Jakarta, Jumat (16/12).
Dalam rangka pelaksanaan pembangunan pabrik tersebut, PT Medco Ethanol Indonesia dan PT Trada Bioenergy akan mendirikan perusahaan patungan bernama PT Medco Ethanol Lampung. Pada perusahaan baru ini, PT Medco Ethanol Indonesia akan menguasai 85 persen saham dan sisanya sebanyak 15 persen saham dikuasai PT Trada Bioenergy. Pembangunan pabrik rencananya akan dimulai pada awal kuartal ketiga tahun 2006 dan diperkirakan dapat mulai memproduksi etanol berkualitas industri setahun kemudian.
Pabrik yang didesain dapat memproduksi etanol baik dari tepung singkong maupun molase dari tetes tebu ini direncanakan memiliki kapasitas produksi 180 kiloliter per hari, setara dengan 60.000 kiloliter per tahun.
Selanjutnya, etanol yang diproduksi akan dijual ke pasar di Singapura dan Jepang. Pabrik ini akan memanfaatkan biogas yang dihasilkan fasilitas pengolahan sampah dan bahan buangan sebagai bagian terintegrasi dari pabrik. Dengan demikian, biogas tersebut akan menjadi pengganti sebagian besar bahan bakar fosil dalam keperluan operasi pabrik.
Hilmi menjelaskan, pembiayaan untuk proyek ini akan dilakukan melalui skema pendanaan, minimal 70 persen merupakan pinjaman dan sisanya dari dana internal perusahaan. Saat ini manajemen sedang memproses perjanjian pendanaan dengan bank. Manajemen menilai, pembangunan pabrik etanol ini merupakan investasi yang menjanjikan untuk masa depan karena merupakan alternatif dari bahan bakar fosil.
Medco Energi adalah perusahaan tambang minyak yang bergerak dalam bidang eksplorasi minyak dan gas bumi. Sementara Indonesia saat ini sedang menghadapi krisis energi, seiring melonjaknya minyak bumi di pasar internasional. Di sisi lain, cadangan minyak bumi yang ada di Indonesia saat ini diperkirakan hanya cukup untuk konsumsi selama 10 tahun.
Hilmi menjelaskan, etanol merupakan salah satu bentuk energi terbarukan yang dapat menjadi alternatif dalam menanggulangi krisis energi saat ini. Oleh karena itu, manajemen Medco yakin investasi pembangunan pabrik etanol ini akan menguntungkan karena dapat memberikan tingkat pengembalian investasi yang menarik.
Bioetanol dalam bentuk gasohol, yaitu campuran premium dengan bioetanol merupakan salah satu bentuk bahan bakar hemat energi yang telah digunakan di Amerika Serikat, Brasil, Thailand, dan India. Bila nantinya pasar gasohol telah terbentuk di Indonesia, Medco akan segera meningkatkan kemampuan pabrik untuk memproduksi etanol berkualitas bahan bakar. (anv)

sumber: Kompas

Proses pembuatan etanol skala rumahan dalam gambar











keterangan gambar:
  1. Ubi kayu segar 50 kg dibersihkan
  2. Dihaluskan dengan mesin penggiling
  3. Hasil penggilingan disaring
  4. Tambahkan air 40-50 liter, aduk dan panaskan pada alat pemasak.
  5. Penambahan 1,5 ml enzim alfa amilase (panaskan 30-60 menit pada temperatur 90C.
  6. dinginkan (55-60C) dengan alat penukar panas, masukan lagi ke alat pemasak, tambahkan 0,9 ml enzim gluko amilase. pertahankan temperatur 55-60C (selama 3 jam). dinginkan (kurang dari 30C) dengan alat penukar panas.
  7. tambahkan 1 g ragi roti, urea 65 g, NPK 14 g. biarkan selama 72 jam dalam tangki fermentasi.
  8. Hasil fermentasi ditandai dengan aroma seperti tape, suara gelembung gas naik dan PH di atas 4.
  9. Pindahkan bioetanol ke evaporator.
  10. Di evaporator, panaskan sampai temperatur 78C (kontrol temperatur).
  11. Bioetanol kadar 90-95 %
  12. Untuk kadar 99,5% diperlukan proses destilasi lanjutan untuk enghasilkan FGE.

sumber : bioetanol ubi kayu bahan bakar masa depan, agromedia

mesin etanol skala rumahan

untuk melihat gambar lebih jelas klik dua kali

Prinsip pembuatan etanol sangat sederhana, etanol berkadar 6-12% dimasukan ketangki evaporator dan dipanaskan sampai temperatur 78 C (titik didih etanol). Temperatur ini perlu dijaga karena jika temperatur didalam evaporator melewati 80 C, uap air akan ikut masuk kealat destilasi. uap etanol dialirkan alat destilasi, dialam alat destilasi uap etanol akan terkondensasi menjadi etanol cair.

perencanaan mesin etanol skala rumahan

  1. mesin penggiling. berfungsi untuk menghaluskan bahan baku. dapat dibeli ditoko penjual alat-alat industri.

  2. tangki pemasak. berfungsi untuk memasak dan mengaduk bahan baku sebelum dimasukan ke alat penukar panas (heat exchanger). dapat dibuat dari drum bekas.

  3. alat penukar panas. berfungsi untuk mendinginkan bahan baku (saat proses sakarifikasi) lebih cepat. dapat dibuat dari stainless steel (desain alat penukar panas akan dibahas pada topik berikutnya).

  4. tanki fermentasi. berfungsi untuk menghasilkan etanol kadar 6-12 %. dapat dibuat dari drum bekas maupun tangki stainless steel.

  5. evaporator. berfungsi untuk menguapkan etanol yang akan dialirkan ke alat destilasi. dibuat dari stainless steel. untuk mengatur temperatur evaporator pada alat ini dipasang termostat (alat pengatur temperatur).

  6. alat destilasi. berfungsi untuk mengkondensasikan uap etanol menjadi etanol cair. dapat dibuat dari drum bekas maupun stainless steel. pipa koil berbentuk spiral (untuk membentuknya digunakan alat curving pliers) terbuat dari tembaga.

Sabtu, 22 Desember 2007

Bioetanol 99,5%

Untuk mengisi bahan bakar motor kesayangannya, Solikin perlu waktu 30 menit menempuh jarak 10 km dari kediaman di Desa Kajar, Kecamatan Trangkil, Kabupaten Pati. Padahal, pria 37 tahun itu pengolah molases jadi bioetanol. Mestinya Solikin bisa memenuhi sendiri kebutuhan bensin jika kemurnian bioetanol yang dihasilkan mencapai 99,5%: syarat layak pakai sebagai bahan bakar motor.
Bandingkan dengan Indra Gunawan di Cilegon, Provinsi Banten. Setiap 7 hari, pria 35 tahun itu memasukkan 3,5 liter bioetanol hasil olahan dari tetes tebu alias molase ke dalam tangki motor Yamaha. Berbekal isi tangki itu, Indra berkeliling dari kediamannya ke kantor selama seminggu tanpa mesti mampir ke pom bensin.
'Bioetanol memang potensial dimanfaatkan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor,' ujar Agus Purnomo, ketua Asosiasi Bioetanol Indonesia. Syaratnya, etanol alami itu mesti berkadar kemurnian 99,5%. Syarat itu mutlak karena jika berkadar di bawah 90%, mesin tidak bisa menyala karena kandungan airnya terlampau tinggi.
Sebetulnya bioetanol berkadar kemurnian 95% masih layak dimanfaatkan sebagai bahan bakar motor. Hanya saja, dengan kadar kemurnian itu perlu penambahan zat antikorosif pada tangki bahan bakar agar tidak menimbulkan karat. Sayangnya, saat ini banyak produsen yang menghasilkan bioetanol dengan kemurnian di bawah 95-99%.Batu gamping
Menurut Muhammad Arif Yudiarto, kepala Bidang Teknologi Etanol dan Derivatif di Balai Besar Teknologi Pati, memurnikan bioetanol bisa dengan dua cara, yaitu kimia dan fisika. Cara kimia dengan menggunakan batu gamping. Sedangkan cara fisika ditempuh dengan proses penyerapan menggunakan zeolit sintetis. Cara kimia cocok diaplikasikan bagi produsen bioetanol skala rumahan seperti Solikin dan Indra. Selain caranya sederhana, biayanya pun relatif murah. Harga sekilo gamping Rp35.000.
Batu gamping adalah batu yang terbuat dari pengendapan cangkang kerang dan siput, foraminifera atau ganggang. Batu itu berwarna putih susu, abu-abu muda, abu-abu tua, cokelat, atau hitam, tergantung keberadaan mineral pengotornya. Mineral karbonat yang umum ditemukan berasosiasi dengan kapur adalah aragonit. Ia merupakan mineral metastable karena pada kurun waktu tertentu dapat berubah menjadi kalsit. Mineral lainnya siderit, ankarerit, dan magnesit, tapi ketiganya berjumlah sangat sedikit.
Batu gamping bersifat higroskopis, artinya mempunyai kemampuan untuk menyerap air. Karena itulah ia mampu mengurangi kadar air dalam bioetanol. Menurut Soekaeni SE, produsen bioetanol di Sukabumi, Jawa Barat, sebelum digunakan sebaiknya batu gamping ditumbuk hingga jadi tepung agar penyerapan air lebih cepat. Perbandingannya untuk 7 liter bioetanol diperlukan 2-3 kg batu gamping. Campuran itu didiamkan selama 24 jam sambil sesekali diaduk. Selanjutnya, campuran diuapkan dan diembunkan menjadi cair kembali sebagai etanol berkadar 99% atau lebih. Bioetanol inilah yang bisa dicampur dengan bensin atau digunakan murni.
Walaupun prosesnya sangat mudah, tapi penggunaan batu gamping memiliki beberapa kelemahan. Di antaranya jumlah etanol yang hilang sangat tinggi, mencapai 30%. Menurut Soekaeni hal itu terjadi karena selain menyerap air, gamping juga menyerap alkohol. 'Nah, alkohol itu tidak dapat keluar karena terikat pada pori-pori gamping. Akibatnya etanol pun hilang sampai 30%,' tambah pensiunan PT Telkom itu. Zeolit sintetis
Alternatif lain, pemurnian bioetanol dengan zeolit sintetis. Proses pemurnian itu menggunakan prinsip penyerapan permukaan. Zeolit adalah mineral yang memiliki pori-pori berukuran sangat kecil. Sampai saat ini ada lebih dari 150 jenis zeolit sintetis. Di alam, zeolit terbentuk dari abu lahar dan materi letusan gunung berapi. Zeolit juga bisa terbentuk dari materi dasar laut yang terkumpul selama ribuan tahun.
Zeolit sintetis berbeda dengan zeolit alam. Zeolit sintetis terbentuk setelah melalui rangkaian proses kimia. Namun, baik zeolit sintetis maupun zeolit alam berbahan dasar kelompok alumunium silikat yang terhidrasi logam alkali dan alkali tanah (terutama Na dan Ca). Struktur zeolit berbentuk seperti sarang lebah dan bersifat negatif. Sifat pori-porinya yang negatif bisa dinetralkan dengan penambahan ion positif seperti sodium.
Kedua zeolit itu sama-sama memiliki kemampuan menyerap air. Pada zeolit alam, air yang sudah terserap perlahan-lahan dilepaskan kembali; zeolit sintetis, air akan terikat kuat. Zeolit sintetis yang paling sederhana adalah zeolit A. Artinya, perbandingan antara molekul silika, alumina, dan sodium adalah 1:1:1. 'Untuk pemurnian bioetanol, sebaiknya digunakan zeolit sintetis 3A,' kata Arif. Maksudnya zeolit yang berukuran 3 angstrom (1 angstrom = 1,0 x10-10 m red). Dibandingkan zeolit alam dan sintetis lainnya, zeolit sintetis 3A memiliki beberapa keunggulan. Di antaranya ruang terbuka pada pori-porinya mencapai 47% lebih banyak, memiliki kemampuan untuk menukar molekul sodium, dan mampu mengikat air.
Mengapa zeolit sintetis bisa menyerap dan mengikat air? Itu karena partikel air lebih kecil daripada partikel etanol. Partikel air berukuran 3 angstrom sehingga dapat diserap zeolit. Sedangkan partikel etanol berukuran lebih besar 4,4 angstrom sehingga tidak bisa diserap oleh zeolit. Karena itu ketika etanol 95% dilewatkan pada sebuah tabung berisi zeolit, kadar etanol bisa meningkat karena airnya diikat oleh zeolit. Proses itu terjadi karena pori-pori zeolit bersifat molecular shieves. Artinya, molekul zeolit hanya bisa dilalui oleh partikel-partikel berukuran tertentu. Karena itulah proses pemurnian bioetanol dengan zeolit sintetis dinamakan juga proses molecular shieves.
Penggunaan zeolit sintetis memiliki beberapa kelebihan dibandingkan batu gamping. 'Waktu yang dibutuhkan lebih pendek, hanya 12 jam,' kata Soekaeni. Selain itu, etanol yang hilang pun hanya 10%. Sayang, harganya jauh lebih mahal ketimbang batu gamping, Rp100.000/kg. Selain itu, zeolit sintetis belum diproduksi di Indonesia. Karena itu, penggunaan zeolit sintetis lebih cocok untuk perusahaan besar. (Lani Marliani/Peliput: Andretha Helmina & Imam Wiguna)
sumber : trubus

Jumat, 21 Desember 2007

Diagram mesin bioetanol

proses pembuatan bioetanol dapat dilihat pada diagram alir berikut:


sumber: Fuel from Farms - A Guide to Small Scale Ethanol Production, Solar Energy Research Institute (SERI), 1617 Cole Boulevard, Golden, CO 80401.

dari diagram diatas dapat dilihat proses pembuatan bioetanol dimulai dari persiapan bahan baku (feedstock production), proses pemasakan (cooking), fermentasi (fermentation), penyulingan (distillation), dan proses akhir berupa etanol. kita akan menitikberatkan pada pembahasan peralatan vital pada proses ini yaitu heat exchanger (alat penukar panas) dan distillation (alat destilasi).

Proses Pembuatan Bioetanol

Singkong diolah menjadi bioetanol, pengganti premium. Menurut Dr Ir Tatang H Soerawidjaja, dari Tcknik Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB), singkong salah satu sumber pati. Pati senyawa karbohidrat kompleks. Sebelum difermentasi, pati diubah menjadi glukosa, karbohidrat yang lebih sederhana. Untuk mengurai pati, perlu bantuan cendawan Aspergillus sp. Cendawan itu menghasilkan enzim alfamilase dan gliikoamilase yang berperan mengurai pati menjadi glukosa alias gula sederhana. Setelah menjadi gula, bam difermentasi menjadi etanol.
Lalu bagaimana cara mengolah singkong menjadi etanol? Berikut Langkah-langkah pembuatan bioetanol berbahan singkong yang dilerapkan Tatang H Soerawidjaja. Pengolahan berikut ini berkapasitas 10 liter per hari.

  1. Kupas 125 kg singkong segar, semua jenis dapal dimanfaatkan. Bersihkan dan cacah berukuran kecil-kecil.
  2. Keringkan singkong yang telah dicacah hingga kadar air maksimal 16%. Persis singkong yang dikeringkan menjadi gaplek. Tujuannya agar lebih awet sehingga produsen dapat menyimpan sebagai cadangan bahan baku
  3. Masukkan 25 kg gaplek ke dalam tangki stainless si eel berkapasitas 120 liter, lalu tambahkan air hingga mencapai volume 100 liter. Panaskan gaplek hingga 100"C selama 0,5 jam. Aduk rebusan gaplek sampai menjadi bubur dan mengental.
  4. Dinginkan bubur gaplek, lalu masukkan ke dalam langki sakarifikasi. Sakarifikasi adalah proses penguraian pati menjadi glukosa. Setelah dingin, masukkan cendawan Aspergillus yang akan memecah pati menjadi glukosa. Untuk menguraikan 100 liter bubur pati singkong. perlu 10 liter larutan cendawan Aspergillus atau 10% dari total bubur. Konsentrasi cendawan mencapai 100-juta sel/ml. Sebclum digunakan, Aspergilhis dikuhurkan pada bubur gaplek yang telah dimasak tadi agar adaptif dengan sifat kimia bubur gaplek. Cendawan berkembang biak dan bekerja mengurai pati
  5. Dua jam kemudian, bubur gaplek berubah menjadi 2 lapisan: air dan endapan gula. Aduk kembali pati yang sudah menjadi gula itu, lalu masukkan ke dalam tangki fermentasi. Namun, sebelum difermentasi pastikan kadar gula larutan pati maksimal 17—18%. Itu adalah kadar gula maksimum yang disukai bakteri Saccharomyces unluk hidup dan bekerja mengurai gula menjadi alkohol. Jika kadar gula lebth tinggi, tambahkan air hingga mencapai kadar yang diinginkan. Bila sebaliknya, tambahkan larutan gula pasir agar mencapai kadar gula maksimum.
  6. Tutup rapat tangki fermentasi untuk mencegah kontaminasi dan Saccharomyces bekerja mengurai glukosa lebih optimal. Fermentasi berlangsung anaerob alias tidak membutuhkan oksigen. Agar fermentasi optimal, jaga suhu pada 28—32"C dan pH 4,5—5,5.
  7. Setelah 2—3 hari, larutan pati berubah menjadi 3 lapisan. Lapisan terbawah berupa endapan protein. Di atasnya air, dan etanol. Hasil fermentasi itu disebut bir yang mengandung 6—12% etanol
  8. Sedot larutan etanol dengan selang plastik melalui kertas saring berukuran 1 mikron untuk menyaring endapan protein.
  9. Meski telah disaring, etanol masih bercampurair. Untuk memisahkannya, lakukan destilasi atau penyulingan. Panaskan campuran air dan etanol pada suhu 78"C atau setara titik didih etanol. Pada suhu itu etanol lebih dulu menguap ketimbang air yang bertitik didih 100°C. Uap etanol dialirkan melalui pipa yang terendam air sehingga terkondensasi dan kembali menjadi etanol cair.
  10. Hasil penyulingan berupa 95% etanol dan tidak dapat larut dalam bensin. Agar larul, diperlukan etanol berkadar 99% atau disebut etanol kering. Oleh sebab itu, perlu destilasi absorbent. Etanol 95% itu dipanaskan 100"C. Pada suhu ilu, etanol dan air menguap. Uap keduanya kemudian dilewatkan ke dalam pipa yang dindingnya berlapis zeolit atau pati. Zeolit akan menyerap kadar air tersisa hingga diperoleh etanol 99% yang siap dieampur denganbensin. Sepuluh liter etanol 99%, membutuhkan 120— 130 lifer bir yang dihasilkan dari 25 kg gaplek

Sumber : Trubus

bioetanol

etanol (etil alkohol) merupakan senyawa hidrokarbon dengan gugus hydroxyl (-OH) dengan 2 atom karbon (C) dengan rumus kimia C2H5OH.

yang akan dibahas adalah etanol dari biomasa atau tanaman yang lebih dikenal dengan sebutan bioetanol.

tanaman yang dapat dijadikan bioetanol adalah sebagai berikut:



  1. bahan berpati seperti, ubi kayu, ubi jalar, gandum, kentang, dan lain-lain.

  2. bahan bergula seperti, tetes tebu (molases), nira tebu, nira kelapa, nira nipah dan lain-lain.

  3. bahan berselulosa seperti, batang pisang, ampas tebu, jerami padi, dan lain-lain.

Topik yang berhubungan:

Proses pembuatan bioetanol

Bioetanol 99,5%

Hitung untung produksi bioetanol