Minggu, 13 Januari 2008

Energi Bioetanol Bisa Hemat Devisa Rp 16 Triliun per Tahun

TEMPO Interaktif, Bandar Lampung: Presiden Susilo Bambang Yudoyono mengatakan dua persoalan terpenting bangsa Indonesia saat ini adalah masalah pangan dan sumber energi.
Keduanya, kata dia, akan menjadi prioritas strategi pemerintahan ke depan. "Selain pangan, strategi pemerintahan adalah mengembangkan energi alternatif," kata Presiden saat meresmikan pabrik bioetanol milik PT Indo Lampung Destellery di Lampung Tengah Senin (26/2) sore.
Presiden mengatakan, saat ini sudah mendesak untuk segera dicari sumber energi alternatif, yang tidak hanya tergantung pada sumber energi fosil. Sebab, sumber energi fosil seperti minyak bumi, gas, dan batu bara, semakin terbatas. "Kita harapkan bioetanol bisa menjadi energi yang bisa memenuhi kebutuhan bakar bakar Indonesia di masa yang akan datang," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Presiden Direktur PT Sugar Group Companies Gunawan Yusuf, yang membawahi PT Indo Lampung, mengatakan saat ini perusahaannya bisa menghasilkan 70 juta liter bioetanol per tahun. Jumlah itu cukup fantastis, karena merupakan terbesar di Asia Tenggara.
Gunawan menambahkan, untuk mewujudkan energi murah diperlukan lahan 600 ribu hektare tebu siap panen, sebagai bahan dasar bioetanol. "Dengan luas lahan seperti itu, Indonesia bisa menghemat devisa Rp 16 triliun per tahun dan pajak Rp 7,5 miliar per tahun," ujarnya.

sumber : http://www.tempointeraktif.com/

Senin, 07 Januari 2008

Hitung Untung Produksi Bioetanol

Bahan Baku Singkong

Indonesia berpotensi sebagai produsen bioetanol terbesar di dunia. Menurut Dr Ir Arief Yudiarto, periset di Balai Besar Teknologi Pati, ada 3 kelompok tanaman sumber bioetanol: tanaman mengandung pati, bergula, dan serat selulosa. 'Seluruhnya ada di Indonesia,' ujarnya.
Singkong tanaman itu adaptif di berbagai daerah. Itulah sebabnya singkong menjadi salah satu pilihan bahan baku. Kerabat euphorbia itu salah satu sumber pati. Rata-rata kadar pati singkong 28,5%. Untuk menghasilkan seliter bietanol perlu 6,5 kg singkong. Berikut analisis usaha produksi bioetanol dari kedua bahan baku.
Asumsi:
Lahan yang digunakan untuk produksi adalah milik sendiri, bukan sewa.
Umur ekonomis mesin produksi bioetanol 10 tahun.
Umur ekonomis zeolit lokal 500 kali pemakaian setara 500 hari.
Jam kerja produksi 8 jam/hari.
Harga jual bioetanol berkadar 99% Rp5.500 per liter.
Tingkat suku bunga Bank Indonesia saat perhitungan 8%.
Kapasitas produksi 70 liter per hari.
Bioetanol yang dihasilkan berkadar 99%
Dari analisis di atas dapat disimpulkan, dengan tingkat keuntungan 19%, produksi bioetanol berbahan baku singkong layak diusahakan karena lebih menguntungkan daripada menyimpan dana di bank dengan tingkat bunga Bank Indonesia per 6 Desember 2007 sebesar 8%. Investasi yang ditanamkan untun usaha produksi bioetanol kembali setelah 6 tahun 9 bulan.





Teknologi Etanol - Web Referensi


Sebagai pemula, untuk memahami teknologi etanol terkini ada baiknya anda membuka website ini, semua dimulai dari dasar dan dilengkapi dengan ilustrasi-ilustrasi yang lengkap dan jelas.
http://www.stillcooker.com/
Website ini memfokuskan pada bidang destilasi, mulai dari persiapan bahan baku, desain dan perencanaan alat destilasi, cara kerja alat destilasi, penjual alat destilasi, dan sumber-sumber lain yang membahas tentang destilasi.Pembahasannya sangat mudah untuk dipahami.http://homedistiller.org/
Website -website lain yang perlu anda kunjungi
http://journeytoforever.org/biofuel_library/ethanol_motherearth/meToC.html
http://www.home-distilling.com/

Jumat, 04 Januari 2008

mesin bio-etanol kapasitas 100 L per hari

Berikut ini adalah spesifikasi mesin bio-etanol kapasitas 100 L perhari dengan kisaran harga sekitar Rp 60 jt. alat ini cocok untuk industri rumahan karena membutuhkan ruang proses cuma 6 x 6m
1 Parutan Ubi Kayu kapasitas 100 kg /jam (1 unit)
2 Receiver kapasitas 50 lt dari tangki plastik (2 unit)
3 Cooking Tank kapasitas 100 lt dari besi (2 unit)
4 Tangki Sakarifikator kapasitas 100 lt dari besi (2 unit)
5 Heat Exchanger panjang = 2 m dari besi (2 unit)
6 Pompa Medium kapasitas 10 lt /menit (2 unit)
7 Tangki Fermentor kap. 200 lt dari tangki plastik (4 unit)
8 Pompa Fermentor kap. Q = 40 l/m dan H = 18 m (1 unit)
9 Saringan ,Broth Pit Mesh dan pompa kap. 100 ;1..200 x 600 (1 unit)

10 Broth Pit kapasitas 2 x 100 lt dari tangki plastik
11 Broth Pump kapasitas Q = 40 l/m dan H = 18 m (1unit)
12 Broth Tank kapasitas 1,1 m3 dari tangki plastik (1 unit)
13 Feed Pump kapasitas Q = 40 l/m dan H = 18 m (1 unit)
14 Evaporator kapasitas 100 Lt dari besi (2 unit)
15 Kolom distilasi Kapasitas s/d 100 lt dari besi (2 unit)
16 Tandon Air kapasitas 1,1 m3 dari tangki plastik (1 unit)
17 Pompa Air Pendingin HE kap. Q = 40 l/m dan H = 18 m (1 unit)
18 pH meter ,Alkohol Meter , Spg meter (@=1)
19
Tangki air pendingin kolom destilasi kap. 100 L dari tangki plastik (1)
20 Termometer

Sebelum anda memutuskan untuk memulai usaha pembuatan etanol ini, perlu di pertimbangkan:

  1. Analisa usaha dalam menggunakan produk ini.
  2. harga bahan baku, suplai bahan baku, karena harga dan suplai ubi kayu di berbagai daerah berfluktuasi.
  3. kemana etanol akan dijual? untuk skala kecil bisa dijual ke industri farmasi, industri kimia, atau diproses lebih lanjut menjadi FGE (etanol 99,5%) dan dijual untuk BBM.

sumber : www.anekaindustri.com

Selasa, 01 Januari 2008

Pabrik Bio-etanol Terbesar Siap Dibangun

TEMPO Interaktif, Bandung:Produsen bio-etanol dari Korea Selatan, LBL Network Ltd menandatangi nota kesepahaman dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Kabupaten Kuningan, Subang, Sumedang, dan Indramayu untuk membangun pabrik pemroses ubi kayu menjadi bio-etanol di Jawa Barat. Bio-etanol merupakan bahan campuran untuk premium.Pemerintah Jawa Barat akan memfasilitasi masyarakat di Kuningan, Subang, Sumedang, dan Indramayu menanam ubi kayu sepsies Manihot Esculanta Trans. Empat daerah ini menjadi basis penanaman ubi. "Proyek ini untuk mengembangkan industri bio-etanol," kata Presiden & CEO LBL Network Co. Ltd. Kang Yong Soo di Bandung pada Kamis (30/11). Dalam operasinya, perusahaan Korea Selatan ini menggandeng PT Mitra Sae International sebagai pelaksanaka joint operation pengembangan pabrik bio-premium. Bahan ini merupakan hasil campuran antara Premium dan 5 persen etanol dari bahan baku ubi kayu. Menurut Direktur PT Mitra Sae International Tony Firmansyah, pabrik yang dibangun memiliki kapasitas produksi 200 juta liter etanol per tahun. Lokasinya di sekitar Indramayu, Sumedang, atau Subang. Total investasi, termasuk working capital mencapai 100 juta dolar Amerika. “Ini industri bio-etanol terbesar di Indonesia,” katanya. Untuk mencapai target produksi itu, kata dia, dibutuhkan bahan baku ubi kayu segar sebanyak 1,2 juta ton per tahun. Lahan untuk menghasilkan ubi kayu segar itu diperkerikan sekitar 23 ribu hektare. Tapi, untuk menjaga kelangsungan produksi ubi kayu dibutuhkan lahan seluas 50 ribu hektar. Wakil Gubernur Jawa Barat Nu'man Abdul Hakim meminta empat daerah tadi tidak menggunakan lahan produktif untuk menanam ubi kayu. "Jangan melakukan alih fungsi lahan produktif ke ubi," katanya. Penyediaan lahan akan memakai konsep inti plasma yakni masyarakat dilibatkan menanam ubi dan bukan dengan membebaskan lahan. Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Jawa Barat Asep S Abdie meminta lahan untuk ubi kayu berada di tanah landai. Selain itu pola penanaman ubi harus dengan cara diselang agar tidak merusak tanah. ahmad fikri

sumber : tempo interaktif